Blog Archives

Snow Love~EXO Fanfiction-Oneshot

Title : Snow Love
Author : Aurelia Aurita [Jelly Fish]
Twitter : @Rithata15

Cast : ^Han Yoo Ri
^Kim Jong In [Kai EXO]
^Oh Sehoon [Sehun EXO]
^Han Hye Ra
Lenght : oneshot [4102 word]
Genre : Romance, gaje, ect.
Rating : PG-15 [Teen]

Disclaimer : All of casts are belong to them self. The fanfict is original from my mind. Don’t judge or bash anything. Just read, like, and comment. Be a good reader!!
Gamsahamnida^^~~

Free Talk : Annyeong^^ perkenalkan saya ubur-ubur menawan dari sungai Han~~ membawa fanfict gaje yang entah layak untuk di baca atau tidak :p
Sebenarnya saya sedikit bingung dengan karakter Kai disini, tapi intinya sih dia itu cuek, dingin, dan penuh rahasia. Semoga aja kalian yang baca pada ikut penasaran kaya sayanya yang juga penasaran bakal dapet respon kaya apa wkwkwk~~
Oke deh, para pecinta EXO khususnya yang biasnya Kai, saya ingatkan, Kim Jong In is MINE!! Hahaha~~

***Snow Love*****Snow Love*****Snow Love*****Snow Love*****Snow Love***

Musim dingin membawa desiran angin bercampur salju. Membuat tubuhku sedikit menggigil merasakan hembusannya. Aku kembali merapatkan mantel cokelat yang ku kenakan. Menatap kosong hamparan salju di hadapanku. Putih. Bersih. Mataku menerawang jauh menembus kehidupanku dimasa lalu. Saat-saat aku begitu menyukai dinginnya salju. Saat-saat aku menyukai sentuhan butiran-butiran kristalnya yang menghujaniku. Menyukai aromanya dan menyukai kenangan di dalamnya..

***Snow Love*****Snow Love*****Snow Love*****Snow Love*****Snow Love***

School of Performing Arts
3 years ago

“Kai! Sehun!”

“Kalian sudah mengerjakan tugas matematika?” Aku menyerobot ganas tempat Sehun duduk dan menyelipkan diri di antara kedua teman sekelasku ini.

“Kau itu.. bisa santai sedikit tidak, eoh?” tungkas Sehun sedikit kesal dengan kemunculanku yang terkesan rusuh. Aku hanya dapat nyengir dan mengalihkan pandanganku pada sosok Kai yang terlihat datar dan dingin seperti biasanya.

“Ini, kau dapat menyalin punyaku!” Sehun memberikan buku tugas matematikanya padaku.

“Woah.. hebat sekali kau sudah menyelesaikannya!” dengan cepat tanganku menyambar buku tugas matematikanya.

Sehun tersenyum penuh bangga. “Tentu saja, aku memang selalu dapat diandalkan..”

Kai menghela nafas dan menggeser sedikit posisi duduknya. “Tentu dengan bantuan fans-fansnya,” ujar Kai datar.

“Eh?” aku menatap curiga ke arah Sehun yang hanya dapat nyengir sembari menggaruk kepala belakangnya.

“Mereka yang memberikannya padaku, tanpa ku minta.”

“Aku bodoh telah memujimu!” Aku mendengus kesal dan bangkit meninggalkan kedua namja aneh itu dengan tak lupa membawa buku tugas milik Sehun.

Sebenarnya bukan karena aku kesal telah ditipu oleh Sehun dan tidak ingin berada di dekatnya. Toh, aku tetap membawa hasil contekannya dan menyalinnya. Tapi melainkan karena aku tidak sanggup berlama-lama berada di jarak yang begitu dekat dengan Kai. Jantungku pasti bergemuruh ingin melompat keluar saat bersamanya dan pipi tembamku yang selalu disebut ‘Bakpao’ olehnya ini menjadi merah dan memanas. Aku sungguh tidak sanggup menghadapi diriku sendiri.

Aku mengenal Kai sejak kami berada di sekolah dasar dan selalu bersama hingga sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Entah mengapa kami selalu mendapat sekolah dan kelas yang sama. Tapi aku mensyukurinya.

Dulu dia adalah bocah tengil yang suka tertawa dan menjahiliku. Tapi semenjak kami berada di sekolah menengah atas sikapnya berubah. Kai yang aku kenal perlahan menghilang. Sekarang dia menjadi lebih cuek dan dingin. Sikap dan sifat tengilnya masih ada, tapi hanya ia tunjukkan pada teman laki-lakinya saja. Yang dapat ku lihat darinya hanya wajah tengilnya yang selalu mengajak berkelahi dan tak pernah berubah. Ku fikir memang wajahnya seperti itu. Terlihat songong dan menyebalkan. Aku jadi merindukannya.. merindukan sifat jahilnya terhadapku..

“Melamun lagi?”

“Ye?” mataku mengerjap bingung saat tangan Hye Ra, salah satu sahabat terbaikku dalam kawanan kami―yang terdiri dari; Kai, Sehun, aku, dan Hye Ra-, mengibas-ngibas tepat di depan wajahku.

“Oh come’on Han Yoo Ri.. berhenti berkhayal dan memikirkan pangeran misteriusmu itu..” Hye Ra mendengus sebal dan duduk di kursinya yang terletak persis di belakangku.

Aku tertawa kikuk dan berusaha mengelak tuduhannya. “Aku tidak sedang memikirkan siapapun, kok!”

Hye Ra terkekeh dan menatapku lamat. “Memangnya siapa sih pangeran misterius yang kau sukai sejak dulu itu?” tanya Hye Ra diselingi senyum penasaran.

“Ye? Hal itu..” aku memandang ke luar jendela kelas seakan menerawang sosok pangeranku itu. “rahasia! Hehehe..”

“Ah dasar pelit! Menyembunyikan rahasia seperti itu sekian lama..”

Aku hanya dapat terkekeh dan suasana menjadi hening diantara kami. Ya, ternyata perasaan ini sudah tersembunyi begitu lama. Aku bahkan tidak menyadarinya. Kai telah mengisi hatiku sejak hari pertamaku di sekolah dasar. Saat itu dia begitu manis dan lugu. Berlari bersamaku menghindari salju yang turun menghujami tubuh mungil kami. Aku mengenang hal itu hingga saat ini. Menjadikannya sebagai kenangan terindahku bersamanya. Aku benar-benar merindukan saat-saat itu.

“Sebentar lagi kelulusan.. apa kau tidak ingin menyatakan perasaanmu padanya?”

“Ye?” benar juga.. sebentar lagi kelulusan. Apa mungkin aku dapat satu universitas dengan Kai lagi?

“Cobalah untuk menyatakan perasaanmu padanya.. sebelum kau menyesal nantinya.” Apa aku harus mengatakannya? Mengatakan seluruh perasaan yang ku pendam bertahun-tahun pada Kai?

“Yak! Tidak semudah itu tahu!”

“Wae? Kau kan dapat mengiriminya surat pernyataan cintamu..” ujar Hye Ra makin terlihat enteng.

“Yak! Sudah ku bilang tidak semudah itu!!” pekikku setengah malu. Aku tidak suka menunjukkan perasaan seperti ini pada orang lain walau aku selalu terbuka pada semua orang.

*****

“Yak! Kim Jong In!” teriak Sehun untuk menghentikan langkah Kai yang berada terlampau jauh di depannya. Kai berbalik dan tersenyum kecil, tetap dengan matanya yang terlihat dingin. Sehun berlari menghampiri Kai setelah menyuruhku dan Hye Ra yang memang berjalan bersamanya untuk menunggunya dan Kai.

“Apa kita harus menghampiri mereka?” tanyaku pada Hye Ra yang tengah asyik memainkan ponselnya.

“Ehmm..” Hye Ra hanya menanggapiku dengan sebuah anggukan kecil disertai deheman.

“Haiissh.. dasar!” pada akhirnya aku berjalan menghampiri Kai dan Sehun, dengan Hye Ra yang mengekoriku perlahan.

Aku melihat sesuatu yang tidak beres diantara Kai dan Sehun. Ada apa? Kenapa wajah Kai semakin tampak dingin dan terkesan kesal? Sebelum aku dan Hye Ra sampai di tempat mereka berdiri, Kai telah pergi begitu saja. Aku menatap Sehun bingung dan dibalas dengan tatapan pasrah darinya. Ada apa? Sehun menghampiriku yang hanya dapat terdiam mematung. Mata Sehun menyiratkan kekecewaan, kepasrahan, dan kelelahan.

“Wae?” Hye Ra terlebih dahulu bersuara karena suaraku yang entah kemana hilang begitu saja.

Sehun menghela nafas panjang. “Entahlah, dia bilang ada urusan penting dan tidak dapat ikut dengan kita.” Mata Sehun yang biasanya terlihat begitu ceria menyiratkan kekecewaan. Aku dapat merasakan sesuatu yang berbeda diantara mereka. Aku tahu ini bukanlah alasan utama Kai tidak dapat ikut dengan kami.

“Jadi kita tetap ke kedai paman atau tidak?” tanya Hye Ra membelah suasana tegang yang entah sejak kapan ku rasakan.

Aku kembali memandang Sehun, meminta pendapat darinya. “Entahlah, aku sudah tidak berselera..” ujar Sehun dengan disertai helaan nafas panjang yang terdengar berat.

“Apa itu artinya tidak jadi? Kalau begitu aku ingin pergi kencan dengan Chanyeol dulu yah!” ucap Hye Ra sambil lalu dan pergi diiringi senandung ceria miliknya.

“Chanyeol?” Sehun mengernyit tak mengerti.

“Namjachingu-nya yang baru..” ucapku seraya pergi meninggalkan Sehun. Aku bingung, mengapa Kai jadi begitu dingin dan misterius?

“Yak Yoo Ri-ya!” aku berbalik sedikit kearah Sehun tanpa ekspresi. Dia berlari menghampiriku dan dengan cepat meraih tanganku untuk ikut berlari bersamanya.

“Apa yang kau lakukan?” tanyaku berusaha melepaskan cengkraman tangannya di pergelangan tanganku.

“Moodku sedang dalam keadaan yang buruk. Temani aku jalan-jalan, ‘ok?” ujarnya dengan kedipan sebelah mata diakhir kalimatnya. Cih, dia fikir aku sama dengan fans-fans bodohnya yang mudah ditipu dengan kedipan mata sok sexy-nya itu, huh? Jangan harap! Kau bukan tipeku Oh Sehoon!

*****


“Apa kau suka salju?”
“Aku suka, sangat menyukainya..”
“Bukankah salju membuatmu kedinginan?”
“Ya, tapi aku suka jika jalanan dipenuhi oleh salju dan banyak bukit-bukit salju di sekitar halaman rumah. Aku jadi dapat membuat boneka salju bersama appaku.”
“Kau suka boneka salju?”
“Tentu saja!”
“Kebetulan, aku sangat ahli membuatnya loh!”
“Benarkah?”
“Hmm.. Lain kali akan kubuatkan boneka salju yang super besar untukmu..”
“Jinjja? Janji yah?”
“Janji!”

*****

Sudah hampir satu bulan sikap Kai seperti itu, dingin, cuek, dan tertutup. Aku tidak pernah tahu alasannya bersikap seperti itu. Yang aku tahu hubungannya dengan Sehun juga menjadi renggang. Ada apa sebenarnya? Aku jadi semakin khawatir..

Hari ini adalah hari kelulusan kami. Hari yang membuatku merasa senang, gelisah, sekaligus sedih. Apa ini artinya aku dan Kai akan segera berpisah? Mengapa semuanya menjadi seperti ini? aku berharap ini bukan menjadi hari terakhirku untuk dapat selalu bersamanya. Entah mengapa aku jadi teringat dengan perkataan Hye Ra dulu. Apa mungkin seharusnya aku menyatakan perasaanku yang sesungguhnya pada Kai? Tapi bagaimana jika dia menolakku? Bagaimana jika cintaku hanya bertepuk sebelah tangan? Aku takut jika jawabannya tidak sesuai dengan keinginanku. Aku takut jika persahabatan kami yang terjalin bertahun-tahun rusak hanya karena dia tahu bahwa aku menyukainya. Apa yang harus aku lakukan?

“Boneka salju.. bukankah kau berjanji akan membuatnya bersamaku?” aku memainkan sebuah gantungan kunci berbentuk boneka salju yang ku beli sebagai hadiah perpisahan untuk Kai. Sebenarnya aku berharap dengan gantungan ini dia dapat terus mengingatku, mengingat semua hal yang kami lalui bersama, mengingat janjinya yang hingga kini belum terlaksana. Ku harap… Kai.

“Lucu sekali.. dapat dari mana?” aku kaget ketika Hye Ra muncul tiba-tiba di sebelahku.

“Yak! Kau ini ingin membuatku mati terkena serangan jantung atau apa?” aku mengomelinya dengan sekali semprot. Hye Ra terkekeh kecil dan meminta maaf.

“Apa benda itu akan kau berikan pada seseorang?” Hye Ra kembali melirik gantungan kunci di tanganku penuh pandangan antusias.

Aku memandang benda kecil itu lembut dan tersenyum tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Hye Ra. “Haa… itu pasti akan kau berikan pada pangeran misteriusmu itu, kan?” tebak Hye Ra dengan mata yang menyipit curiga.

Aku memelototinya dan kembali mengelak. “Aku membelinya karena suka, bukan untuk diberikan pada orang lain,” ujarku tenang sembari memasukkan benda kecil berwarna putih dan berkilau itu kedalam saku seragamku.

“Ahh.. begitu..” mata besar Hye Ra semakin menyipit curiga padaku.

“Aiissh sudahlah! Mau apa kau kesini?”

“Oh iya hampir saja lupa. Aku ingin mengingatkanmu agar tidak lupa menyiapkan barang-barang yang akan digunakan untuk time capsule kita nanti..”

“Mwo? Astaga.. aku harus segera menyiapkannya!” seruku seraya menepuk dahi.

*****

“Ambil ini!” aku menghempaskan beberapa kertas tepat ke dada Kai saat dia sedang asyik mendengarkan musik melalui headphone-nya.

Kai menatapku penuh dengan tanda tanya, mengambil kertas-kertas itu dan melepaskan headphone yang menempel dikedua telinganya. “Mwo?”

“Untuk time capsule kita. Kau tidak ingat? Cepat tulis!” ucapku sedikit galak. Sengaja, aku ingin mengembalikan masa-masa saat Kai tidak secuek sekarang walau hanya satu hari.

‘PLETAK’ sebuah toyoranpun mendarat dengan mulus dikepalaku. “Yak! Kenapa kau memukulku??!” protesku tak terima. Ku tatap mata dinginnya yang menatapku datar. ‘GLEK’ telak! Sekarang aku benar-benar tak dapat mengendalikan detak jantungku agar tetap stabil.

“Aku akan menulisnya, tapi tidak sekarang babo! Ck, dasar Bakpao! Seenaknya saja memerintah orang..” ucapnya dengan wajah tengil khasnya dan duduk di salah satu kursi kelas.

Aku terpaku. Kai memanggilku bakpao? Jinjjayo? Rasanya aku ingin melompat pada detik itu juga tapi sayangnya tidak mungkin kulakukan. Aku menatapnya masih dengan pandangan tak percaya. Menatapnya lama hingga dia berpaling ke arahku. Wajahnya terlihat keren walau dengan alis yang mengernyit heran seperti itu. Matanya tajam dan dingin. Bibirnya terlihat.. errr.. seksi? Dan kulitnya coklat maskulin. Mengapa kau setampan ini Kim Jong In?

“Apa kau sedang terpesona melihatku?” tanyanya seakan dapat membaca fikiranku.

Mataku mengerjap bingung dan melebar maksimal ketika sadar dengan ucapannya. “Yak! Apa maksudmu?” pekikku keras.

Kai hanya menyeringai jahil menatapku. Ekspresi yang sudah lama tidak ia perlihatkan padaku. Tak mau kalah, aku membalasnya dengan tatapan sengit. Sebenarnya aku tahu pasti mukaku sudah memerah sekarang, dan untuk menyembunyikannya satu-satunya cara hanyalah dengan berpura-pura marah dan kesal padanya.

“Dasar KkamJong jelek! Cepat tulis timecapsulmu dan kumpulkan padaku setelah kau selesai!” ujarku sinis dan segera pergi. Sebelum benar-benar keluar kelas aku kembali menoleh padanya yang masih terus memandangi kepergianku. Dengan cepat ku julurkan lidahku untuk mengejeknya. “Dasar jelek!”

*****

Ya! KkamJong! Tak terasa kita sudah bersama-sama selama 12 tahun yah?
Hehehe.. walaupun kau adalah namja yang menyebalkan, dingin, dan suka menjahiliku, aku bersyukur telah mengenalmu dan melewati hari-hariku di sekolah bersamamu..
Musim salju tahun ini begitu indah yah? Apa kau masih ingat dengan janji kita untuk membuat boneka salju bersama-sama? Aku masih berharap kita dapat melakukannya..
Setiap hari yang ku lalui bersamamu menjadi kenangan terindah didalam hidupku..
Kau selalu berada disampingku, menemaniku, melindungiku, membuatku tertawa dan membuatku memiliki banyak perasaan aneh tapi juga menyenangkan..
Kim Jong In, aku tahu jika mungkin perasaan ini salah, tapi aku mohon ketahuilah, aku mencintaimu..
Han Yoo Ri si Bakpao mencintai Kim Jong In yang jelek dan bodoh.. menyukaimu sejak pertama kali kau menggandeng tanganku menelusuri bulir-bulir salju di musim dingin yang indah..
Aku harap kau tetap mengingatku sebagai sahabat terbaikmu walau telah mengetahui semua isi hatiku..
Dan jika kau ingin, aku menunggumu di depan gerbang setelah pulang sekolah..

Han Yoo Ri^^♥


*****

Mataku menatap penuh harap ke selembar kertas berwarna ungu yang kini ku lipat menjadi sebuah bentuk kristal. Aku menghela nafas panjang yang terasa berat. Apa yang ku lakukan benar-benar tepat? Bagaimana reaksinya nanti? Ku buka tas milik Kai dan mencari tempat yang tepat untuk menyelipkan suratku. Setelah menimbang-nimbang, aku memutuskan untuk menyelipkannya ke sebuah CD album hiphop miliknya. Tapi sebelum CD album itu ku taruh kembali kedalam tas milik Kai, seseorang mengagetkanku.

“Yoo Ri-ya?”

Tubuhku membeku mendengar suara yang sangat ku kenali itu. Sebelum aku menoleh, dengan secepat gelombang cahaya aku mengembalikan album itu ke tempat semula.

“Ah.. ye?” aku menunjukkan senyuman lebarku yang terlihat tolol. Matilah kau Han Yoo Ri!

“Sedang apa kau?” tanya Kai penuh curiga.

“Errr~ aniya.. aku hanya ingin memastikan kau benar-benar menuliskan permohonanmu untuk kita letakkan bersama-sama di timecapsule nanti..” aku beralasan. Bibirku terus mengukir senyum kaku yang semoga saja tidak diketahui olehnya bahwa saat ini rasanya aku ingin segera menenggelamkan diri di Samudra Pasifik.

Kai mengernyit heran. Masih menatapku aneh. Aku makin tergeragap. “Karena aku sudah memastikannya. Se.. sebaiknya aku pergi sekarang..” aku nyelonong pergi secepat kilat. Menunduk dalam menahan rasa malu dan gugup. Aku tahu Kai masih terbengong-bengong heran melihat semua tingkahku yang terlihat konyol. Bodoh!

*****

“Apa yang kau tulis di timecapsule?” tanyaku penasaran pada Kai.

Kami baru saja selesai mengubur timecapsule milik kami tepat di bawah sebuah pohon ek besar yang berada di halaman belakang sekolah. Setelah sebelumnya kami melaksanakan upacara kelulusan dan berfoto bersama. Rasanya aku ingin menangis setiap mengingat semua kenangan selama kami berada di sekolah ini. Dadaku bahkan terasa sesak setiap melihat Kai. Aku takut ini adalah hari terakhir kita bersama. Aku takut dia akan marah padaku karena tahu aku mencintainya dan menjauhiku. Kai.. aku takut.

“Mana boleh dibocorkan,” jawabnya dingin.

“Aiissh..” aku mendengus sebal atas jawabannya. Dia selalu membuatku jadi tampak bodoh setiap saat.

“Kau tidak menanyakan apa yang ku tulis di dalam?” tanya Sehun menunjuk diri sendiri.

“Mwo? Paling-paling permohonanmu adalah menjadi semakin tampan, dapat selalu dipuja para gadis saat di Universitas, dan punya lebih banyak fans..” ujarku sadis. Sehun hanya cemberut mendengar perkataanku. Dasar bocah!

“Kalau aku.. sudah pasti memohon agar tetap langgeng dengan Chanyeol, bertunangan dengannya dan menikah juga punya anak-anak yang lucu..” ucap Hye Ra dengan wajah berseri.

“Tapi.. janji yah walau apapun yang terjadi tidak ada yang boleh membuka timecapsule kita sebelum 10 tahun berlalu!” aku memperingatkan.

“Tentu saja…” jawab ketiga sahabat baikku serentak. Aku memandangi wajah mereka satu persatu. Mencoba untuk mematrinya di dalam otakku. Aku sungguh tak ingin melupakan hari ini, tak ingin melupakan wajah bodoh Sehun yang selalu saja kekanakan, tak ingin melupakan wajah sadis Hye Ra dengan mata besarnya, dan tak ingin melupakan senyum Kai yang selalu ku dambakan. Matanya, hidungnya, bibirnya, tak ingin sedikitpun ku lupakan.

“One.. two.. three.. Go! Go! Hwaiting!” teriak kami serentak dan tertawa bersama. Kenangan ini.. akan ku simpan baik-baik di dalam hati dan fikiranku.

*****

Bulir-bulir salju masih menjatuhi bumi, meninggalkan gumpalan-gumpalan es putih yang terlihat bersih tanpa noda. Pepohonan, gerbang sekolah, atap gedung, dan bahkan sebagian lapanganpun telah dipenuhi oleh gumpalan salju. Aku terus menggosokkan kedua telapak tanganku, berusaha menciptakan kehangatan lebih pada tubuhku yang telah menggigil. Bibirku mulai membiru merasakan udara dingin dan angin yang berhembus menerpa tubuhku yang hanya berbalut mantel berwarna pastel dan syal biru yang melilit bagian leherku. Sudah hampir satu jam aku berdiri di depan gerbang sekolahku ini, menunggu sosok Kai yang tak kunjung terlihat. Setelah aku, Kai, Sehun, dan Hye Ra mengubur timecapsule kami, Kai dan Sehun memutuskan untuk pulang belakangan karena masih ada pesta perpisahan siswa laki-laki di kelas. Sedangkan Hye Ra pulang lebih dulu karena harus pergi kencan dengan Chanyeol. Dan aku.. masih setia menunggu Kai di sini. Menunggunya memberikan jawaban atas surat yang menyatakan perasaanku padanya.

Mataku kembali mengintip dari sela-sela gerbang yang berwarna hitam pekat itu sambil berharap dalam hati akan ada sesosok namja tampan yang berjalan menghampiriku. Tapi nihil, suasana masih sesepi terakhir aku melihatnya. Aku mulai cemas dan kembali sibuk meniup kepalan tanganku dan menggosoknya. Kemudian tanganku tergerak untuk merogoh saku mantelku dan menemukan sebuah benda putih berkilau di dalamnya. Boneka salju. Aku berniat untuk memberinya pada Kai ketika dia menemuiku untuk menolak ataupun menerima perasaanku padanya. Mataku terus menatap lembut benda itu. Sedangkan ujung ibu jariku mulai mengelusnya perlahan. Kai.. apa kau belum menemukan surat dariku? Tapi.. bukankah kau selalu mendengarkan musik di manapun? Pasti kau sudah membukanya..

Aku melirik arloji di pergelangan tanganku dan menarik nafas panjang. Ku putuskan untuk menyusul Kai dan melihat apakah dia masih berpesta di dalam kelas bersama yang lainnya atau tidak. Derap langkah kakiku terdengar riang menggema ke seluruh bagian lorong-lorong kelas yang ku lalui. Senyum itu tak dapat ku sembunyikan walaupun ingin. Rasa antara takut, gugup, dan senang berkecamuk dalam dadaku, membentuk perasaan aneh yang sulit ku ungkapkan dengan kata-kata. Yang ada di fikiranku hanya satu, Kai tahu bahwa aku mencintainya. Kini aku tak perduli apapun reaksinya nanti. Tak perduli apa yang akan terjadi. Aku sadar, setidaknya aku tak akan pernah menyesal karena tidak mengatakan perasaanku yang sesungguhnya pada Kai.

“Han Yoo Ri si Bakpao mencintai Kim Jong In yang jelek dan bodoh.. hahahaha..”

“Bagaimana Kai? Kau benar-benar tidak memiliki perasaan pada Yoo Ri?”

Tubuhku membeku tepat di depan pintu kelas yang terbuka sedikit. Apa yang mereka bicarakan? Itu.. jelas-jelas suara milik Sehun. Apa yang terjadi?

“Ahh.. aku memang selalu bersamanya sejak kami berada di sekolah dasar, tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya.. entahlah..”

Itu suara Kai! Apa yang baru saja ia katakan? Benarkah? Dia tidak sedikitpun tertarik padaku? Tapi.. tega-teganya dia menyebarkan suratku padanya ke semua anak laki-laki di kelas?! Kai…

Aku terlalu syok hingga rasanya jantungku berhenti berdetak. Gantungan kunci berbentuk boneka salju yang ku genggampun jatuh begitu saja ke lantai yang dingin. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, aku membuka pintu itu keras-keras dan menemukan sosok Kai yang tengah duduk di atas meja sembari melihatku terkejut. Semua menatapku dengan keterkejutan yang sama.

“Kai.. aku tidak tahu kau setidak suka itu padaku..” suaraku tercekat. Air mataku memaksa keluar. Aku masih menatapnya penuh kepedihan, kekecewaan, amarah dan ketidak percayaan.

Kai bangkit perlahan dari duduknya dan menatapku penuh rasa bersalah. “Mianhae.. Yoo Ri-ya..” aku tidak memperdulikannya lagi dan segera berlari secepat yang ku bisa.

“Yoo Ri-ya.. tunggu! Aku..” aku tahu Kai berusaha untuk mengejarku, itu sebabnya aku mempercepat langkah kakiku meninggalkan gedung sekolah. Aku tidak ingin melihatnya sekarang. Aku ingin lari dari semua ini. Kai.. sebegitu teganya kah kau hingga mempermalukanku dengan cara seperti ini?

Bulir-bulir salju turun dari langit. Menjatuhi tubuhku yang lunglai dan kehilangan keseimbangan. Air mataku terus mengalir menjatuhi kedua pipi tembamku. Dadaku terasa sesak, hingga rasanya tak dapat bernafas lagi. Aku menekan dadaku kuat-kuat, merasakan kepedihannya. Ku usap asal air mata di sekitar wajahku walau hal itu tidak menghentikan alirannya. Aku membencimu Kai.. aku membencimu… Kim Jong In!!

*****Snow Love*****Snow Love*****Snow Love*****Snow Love*****Snow Love

Seoul, 3 years latter.

Setelah kejadian itu aku tidak pernah sekalipun menghubungi Kai, apalagi bertemu dengannya. Aku memutuskan untuk kuliah di Amerika dan melupakan segalanya. Melupakan semua kenangan yang bahkan tidak pernah ingin ku lupakan, namun tetap terlalu menyakitkan untuk diingat kembali. Hingga saat ini hatiku masih sering terasa sakit saat mendengar beritanya di media dan melihatnya di televisi. Ya, setelah lulus Kai meneruskan kuliahnya di Seoul dan menjadi salah satu personil boyband yang baru saja debut tahun 2012 lalu bersama dengan Sehun. Kai bahkan tidak pernah memberitahuku sebelumnya bahwa dia dan Sehun menjadi salah satu trainee di agensi terkemuka, SM. Entertainment.

Kai.. jika kau tanya apa aku masih punya perasaan padanya, maka jawabannya adalah aku tidak tahu. Sulit bagiku untuk melupakan rasa dari cinta pertamaku yang telah berada didalam hatiku selama belasan tahun. Tapi aku telah memutuskan untuk melupakan segalanya dan memulai hidup baru bersama calon tunanganku, Kang Min Hyuk. Dia merupakan drumer disalah satu band terkenal di Korea, CNBlue. Min Hyuk adalah sosok yang manis dan lembut. Penuh kasih sayang dan juga ramah. Dia suka mengumbar senyum manisnya pada semua orang, bersikap ramah dan ceria. Wajahnya kekanakan dan cenderung terlihat lebih muda dariku, padahal aku jauh lebih muda darinya. Dia yang selama ini memberikanku cinta dan kasih sayang, membuatku merasa nyaman dan membantuku melupakan sosok Kai. Walau aku belum benar-benar mencintainya, tapi aku akan berusaha. Aku pasti akan membalas perasaannya padaku dan mencintainya sepenuh hati suatu saat nanti. Ya.. hal itu pasti akan terjadi..

“Neol.. nuguseyo?”

Aku berbalik saat seseorang yang suaranya sempat ku rindukan memanggil namaku. Aku tersenyum padanya setulus mungkin. Berusaha menyembunyikan rasa sakit yang masih saja terselip di hatiku. “Hallo, KkamJong.. How.. are you?”

Kai terlihat terpaku melihatku. Matanya menyiratkan keterkejutan yang sangat saat menatapku. Aku kembali mengumbar senyum ceria dan menghampirinya. “Lama tak jumpa.. kau tidak terlalu banyak berubah, yah?” aku tersenyum jahil padanya. Aku mendongak dan memukul kepalanya keras.

“Yak! Apa yang kau…” Kai menatapku lamat dan kembali terdiam.

“Kekeke~~ itu balasan karena kau sangat lama menemuiku! Aku sudah menunggumu sangat-sangat lama di luar! Kau tahu, udara di luar sangat dingin, aku bisa mati kedinginan karenamu!” omelku seraya duduk di kursi besi yang terletak tak jauh dari kami.

“Aiiish.. mianhae, mian.. aku tidak tahu kau akan datang hari ini. Lagipula, mau apa kau kemari?” tanyanya seraya duduk di sebelahku.

“Tunggu sebentar..” aku merogoh tas tangan berwarna ungu milikku, mencari-cari sesuatu. “Nah ini dia, kau harus datang! Aku akan membunuhmu jika kau tidak datang!” ancamku sadis.

“Eh? Ige mwoya?” tangannya memutar dua kartu undangan itu sedangkan matanya sibuk menelusuri setiap bagiannya.

“Undangan pertunanganku dengan Min Hyuk..” aku tersenyum sendu padanya. Kai mendadak terdiam. Mata tajamnya menatapku lamat seakan tak percaya dengan yang ku ucapkan.

“Kau tidak tahu? Aku bertemu dengannya di Amerika saat ia tengah menikmati liburannya di sana. Setelah hampir dua tahun berpacaran akhirnya dia memutuskan untuk bertunangan denganku..” aku bercerita sambil tersenyum tipis dan menatap hampa gundukan salju di seberang jalan. Kai masih menatapku, tanpa mengatakan apapun.

“Aku senang kau, Sehun, dan Hye Ra dalam keadaan baik disini. Kemarin aku menemui Hye Ra, dia bilang dia telah lama putus dengan Chanyeol, yah?” aku kembali tersenyum membayangkan wajah Hye Ra saat ia baru menjadi yeojachingu Chanyeol.

“Selama di Amerika aku selalu mencari info tentang kalian di Korea. Untunglah kau dan Sehun berada di boyband yang sama jadi aku dapat menitipkan undangannya..” aku terkekeh kecil sambil menyelipkan sedikit anak rambutku ke telinga.

“Apa kau masih marah padaku?” tanya Kai tiba-tiba.

“Hmm?” aku menoleh ke arahnya dan menatap tepat di manik matanya yang entah mengapa begitu menyiratkan kesedihan.

Kai menatap mataku dalam, dengan ekspresi yang sulit ku artikan. “Jika aku tidak mengatakan semua hal yang ku katakan waktu itu, apakah kau masih tetap di sini?”

“Mwo?” aku tergeragap. Bingung dengan sikap Kai yang tiba-tiba berubah.

“Apa hubungan kita.. dapat lebih dari seorang teman masa kecil?” Kai menatapku penuh penekanan. Jantungku mulai berdebar dibuatnya. Apa yang kau lakukan Yoo Ri-ya? Bukankah kau telah bertekad untuk mencintai Min Hyuk selamanya?

Aku tertawa kaku dan berusaha untuk sebiasa mungkin. “Apa yang sedang kau bicarakan, sih? Kau ini bercanda yah?” aku tertawa sendiri seperti orang tolol. Tapi tiba-tiba tangan besar Kai merengkuh pipi bakpao-ku dan sepersekian detik kemudian aku dapat merasakan bibirnya yang telah menempel sempurna pada bibirku. Mataku melebar maksimal atas aksi mengejutkannya. Aku mendorong tubuh Kai kuat-kuat saat lidah Kai hampir saja berhasil masuk ke dalam rongga mulutku.

‘PLAAK!’ sebuah tamparan keras meluncur bebas ke pipi kanannya. Membuatnya sedikit meringis memegangi pipinya yang merah. “Apa yang kau lakukan?!” pekikku emosi.

Kai menyeringai kejam dan menatapku dalam. “Bagaimana jika aku mengatakan.. aku, Kim Jong In yang babo, mencintai Han Yoo Ri si pipi Bakpao.. sangat-sangat mencintainya sejak ia pertama kali meraih uluran tanganku dan bergandengan tangan denganku di tengah hujan salju..?”

Mataku semakin memanas saat mendengar ucapannya. Jantungku seakan berhenti berdetak, dan seluruh sistem kerja syaraf-syaraf di dalam tubuhku rusak. Aku menatapnya penuh tak percaya. Bagaimana mungkin Kai mengatakan hal itu padaku setelah membuatku menjadi bahan olok-olokan? Aku tidak mengerti..

“Aku mencintaimu Han Yoo Ri.. mencintaimu sebelum kau bahkan dapat mencintaiku untuk pertama kalinya dalam hidupmu..” aku semakin bingung dan terkejut dibuatnya. Air mataku perlahan merembes keluar. Bodoh! Ternyata kau masih selemah ini Han Yoo Ri.

Kai menghela nafas panjang dan semakin menatap manik mataku dalam. “Jadi, maukah kau memaafkanku, dan menjadi gadisku mulai dari sekarang dan untuk selamanya?”

***THE END???***

woaaah akhirnya FF gaje ini selesai juga xD
eotteohke? penasaran tidak? endingnya gaje yah? haha sengaja sih bikin yang gantung sekali kali kkk~ :p
diharapkan commentnya yah!
ingat, KOMEN!!! 😀
Han Yoo Ri

Title : What Is Love

Author : Hyebin – Cherish Shin

Akun FB : Reika Sonoda (Shin Hye Bin)

Genre : AU!, Romance

Rating : PG 15

Length : Twoshoot

Cast : Choi Siwon
Shin Hye Bin

Support Cast : JongHyun Couple
HEE Couple
Kim Rae Won (hanya pinjam nama saja)
Shin Dong Hee
Other..

“Bagiku cinta itu memberi kesempatan.. kesempatan untuk memulai kehidupanku yang baru.” – Shin Hye Bin quotes

“Berhentilah terpaku pada bayangan cintamu di masa lalu. Sambut aku sebagai masa depanmu.” – Choi Siwon quotes

~*~*~*~*~*~

Seoul, January 4th 2012. Han River. Winter’s day.

Seorang yeoja dengan wajah membeku menatap nanar ke arah sungai yang –juga- terlihat membeku. Menunggu.. yah itulah yang selalu dilakukannya setiap hari. Rela membeku hanya demi menunggu seseorang yang mungkin tidak akan pernah bisa dilihatnya.

Yeoja itu.. Shin Hye Bin. Seorang mahasiswa jurusan seni di Universitas Seoul, dia yeoja yang pandai namun sedikit tertutup. Teman yang ia milikipun jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Dia mulai menutup diri setelah kejadian besar menimpanya.. kejadian memilukan atau bahkan lebih tepat disebut sebagai kebodohan terbesar yang pernah dilakukannya.

Drrrttt… Drrtttt… Drrttttt…

Sebuah getaran membuatnya mengalihkan fokusnya pada ponsel yang sedari tadi berada dalam genggaman tangannya yang memucat. Sebuah pesan..

From: Jung Hyun Jin

Eodiseoyo?? Aku di apartementmu sekarang.

Hyebin mengembuskan napas panjang setelah mendapat pesan singkat dari Jung Hyun Jin, salah satu teman terdekatnya selain Raehee. Jung Hyun Jin dan Choi Rae Hee adalah sahabat Hyebin satu-satunya.

To: Jung Hyun Jin

Aku pulang sekarang. Gidarilke!

Hyebin memasukan ponselnya lalu kemudian bangkit dan pergi dari tempat dingin itu. Tempat yang memberikannya kenyamanan dan kehangatan walau dalam cuaca sedingin es.

“Hari ini aku pulang.. besok aku akan kembali. Kuharap kau ada disini saat itu.”

-oOo-

Daemoon Apartement 15th Floor. Gangnam. 04.20 pm KST. Seoul.

“Ya!! Babo yeoja! Darimana saja kau dicuaca sedingin ini??” seru sebuah suara begitu Hyebin memasuki apartementnya.

Hening..

Jung Hyun Jin.. yeoja yang kadang hanya disapa Hyunjin itu mengerucutkan bibir saat Hyebin memasuki apartementnya tanpa mempedulikan teriakannya tadi. Hyebin berjalan ke arah dapur tanpa sepatah katapun lalu membuat tiga gelas coklat panas. Jamkkanman! Tiga gelas??

“Nona Shin! Kau mengacuhkanku lagi!” geram Hyunjin kemudian.

Hening..

Hyebin tetap asyik dengan tiga gelas coklat panasnya sementara Hyunjin duduk di sofa dengan seorang yang sedari tadi diam menemaninya tanpa berniat untuk meredam kekesalan Hyunjin pada Hyebin. Hyunjin.. sebenarnya dia sudah terbiasa dengan sikap dingin Hyebin. Namun dia selalu merasa kesal saat Hyebin tak mempedulikan dirinya.

“Untukmu..” sahut Hyebin setelah kembali dari dapur dengan membawa tiga gelas coklat panas.

“Gomawo..” jawab Hyunjin dan seseorang disebelahnya.

Hyebin duduk di sofa tepat di depan Hyunjin yang memandanginya dengan tatapan penuh selidik. Didapatinya muka Hyebin yang pucat bahkan hampir membeku.

“Kau dari sungai han lagi ya?” sahut Hyunjin kemudian.

“Eoh..” jawab Hyebin datar.

“Wae? Bukankah..”

“Aniya..”

“Shin Hye Bin.. jangan kau pikir aku tidak tahu kalau selama ini kau menunggu namja itu disana. Bukankah dia sudah bilang tidak ingin bertemu denganmu lagi?”

“Kapan? Aku tidak ingat dia bilang seperti itu.”

“Arra.. aku tahu dia tidak bilang. Tapi dengan sikapnya yang menolakmu secara tegas bukankah itu menunjukkan dia tidak ingin melihatmu lagi? Untuk apa kau menunggunya? Kau selalu menutup matamu dan tidak percaya padaku, kami bahkan kenyataan yang tergambar di depan matamu sendiri.” Sahut Hyunjin tegas dan sukses membuat yeoja bernama Hyebin itu bergetar hebat.

“Hyunjin-ah… sudahlah.” Sahut sebuah suara di sebelah Hyunjin. Dia tahu keadaan ini akan menjadi panas setelah pembicaraan mengenai namja itu disinggung di depan Hyebin.

“Chagi.. aku benarkan? Dia itu terlalu menutup diri. Seandainya saja dia lebih bisa menerima kenyataan dia tidak akan sesakit ini.”

Hyebin masih mematung mendengar pernyataan Hyunjin. Benarkah dia seperti itu? Terlalu menutup diri dan tidak mau menerima kenyataan? Benarkah namja itu sudah tidak menginginkannya?

“Hye.. kumohon berhentilah bersikap bodoh. Kau rela membeku demi menunggu seorang namja yang bahkan mungkin tidak mengingatmu sama sekali.” Cibir Hyunjin lalu kemudian menyesap coklat hangatnya yang kini mulai terasa hambar.

“Apa yang harus kuhentikan? Seingatku aku belum melakukan apa-apa selain menyakitinya. Tidak bolehkah aku berharap perasaannya kembali padaku?” sahut Hyebin dengan suara bergetar.

Yesung menatap Hyebin yang sepertinya ingin menyembunyikan air matanya di depan namja itu, namja yang tidak lain adalah kekasih Jung Hyun Jin. Dia beralih menatap Hyunjin lalu memberikan kode, “Aku keluar dulu.” Hyunjin mengangguk dan kemudian bangkit dari posisinya yang semula. Dia berjalan mendekati Hyebin yang tertunduk dengan tubuh sedikit bergetar. Yeoja itu.. menangis..

“Hye.. kau bisa melakukannya. Kau tidak mencintainya.. kau hanya merasa bersalah karena telah melukai hatinya.” Sahut Hyunjin sambil merangkul bahu Hyebin. Dia tahu sahabatnya itu benar-benar rapuh saat ini.

“Jika kau melanjutkannya kau akan semakin terluka.” Tambah Hyunjin kemudian.

Hyebin terisak dia bahkan tidak sanggup membantah atau mengatakan sesuatu setelah mendengar pernyataan Hyunjin. Karena jika boleh jujur dia sendiri tidak memahami perasaannya sendiri. Perasaan sakit yang dia rasakan untuk namja yang mungkin saat ini dikiranya adalah cinta. Tapi benarkah itu bukan cinta? Apa perasaan bersalah seperti yang dikatakan Hyunjin? Entahlah.. ini terlalu sulit untuk dipecahkan saat dia sendiri belum menyadari apa yang sebenarnya dia rasakan.

“Akan kucoba.. mungkin kau benar. Aku terlalu menutup mataku.” Jawab Hyebin pada akhirnya setelah keheningan tercipta beberapa saat yang lalu.

“Hwaiting!! Aku akan membantumu! Cara terbaik melupakan masa lalu adalah memulai hidup baru. Akan kucarikan namja yang cocok denganmu.. jadi cepat lupakan namja bernama Kim Rae Won itu arra!!” sahut Hyunjin bersemangat.

Kim Rae Won.. ya dialah namja yang sukses membuat Hyebin bertindak bodoh. Benarkah itu bodoh? Entahlah..

“Ya!! Aku tidak memintamu mencarikan namja untukku babo!” balas Hyebin sambil menyeka air matanya yang menggantung disudut matanya yang basah.

-oOo-

Two weeks later. January 18th 2012. Seoul University. 01.25 pm KST. Cafétaria.

Setelah kejadian hari itu Hyebin tidak lagi pergi ke sungai Han. Sepertinya ucapan Hyunjin benar-benar membuka matanya kali ini. Dia bahkan bersikap lebih terbuka dan lebih ceria walau sifat dinginnya pada namja tidak pernah berubah. Sebenarnya jika boleh jujur sifat inilah yang selalu membuatnya gagal mendapatkan cinta. Selalu terlambat untuk menyadari perasaannya sendiri, hingga terakhir kali sikapnya itu telah menyakiti Raewon. Namja yang selama setahun menyukai Hyebin namun Hyebin tak pernah membalasnya dan semuanya menjadi penyesalan setelah namja itu menghilang dan meninggalkan Hyebin. Baiklah.. sudah cukup untuk mengulas masa lalunya yang terkesan bodoh itu.

“Hyebin-ah!” sahut seseorang dibelakang Hyebin.

Hyebin menoleh dan mendapati dua pasangan yeoja-namja yang berjalan menghampirinya lengkap dengan nampan di tangan mereka masing-masing. Pasangan-pasangan itu.. Hyunjin dan kekasihnya Kim Jong Woon yang lebih akrab disapa Yesung serta Raehee dan Heechul. Raehee dan Hyunjin duduk disebelah Hyebin sementara kedua namja itu duduk tepat dihadapan ketiga yeoja itu.

“Annyeong Hyebin-ah.” Sapa Heechul dan Yesung bersamaan.

“Eoh.. annyeong oppa.” Balas Hyebin kemudian.

Setelah menyapa dua namja sahabatnya itu, Hyebin kembali fokus pada sarapannya. Sarapan di tengah hari memang sudah menjadi kebiasaanya, dan itu sering menjadi bahan omelan dua yeoja disebelahnya.

“Biar kutebak.. hari ini ada yang ingin kau ceritakan pada kami kan, Hye??” sahut Raehee tiba-tiba dan membuat empat orang itu berhenti melakukan aktivitas mereka dan beralih menatap Raehee.

“Mwo? Aniya… Apa terlihat seperti itu?” balas Hyebin sekenanya.

“Ya!! Ceritakan! Kau pacaran kan?”

“Uhukk.. uhukkk.. m-mmwoo??” sahut Hyebin setengah tersedak oleh sereal yang menyangkut dengan manis ditenggorokkannya.

Hyebin meraih segelas air putih lalu dengan cepat meminumnya, berharap sereal itu lekas pergi dari tenggorokkannya.

“Jeongmal?” Hyunjin meresponnya setelah membantu Hyebin minum.

Semua menunggu jawaban Hyebin dengan ekspresi penasaran tak terkecuali dengan dua namja di depannya yang –juga- tidak ingin ketinggalan obrolan langka mengenai ‘pacar’ Hyebin.

“Aniya.. pacaran darimana? Kau dapat kabar aneh itu dari mana sih Hee?” sahut Hyebin sambil menjitak pelan kepala Raehee dan sukses membuat yeoja itu merengut. Sementara ketiga temannya hanya terkekeh pelan.

“Ya! Tidak usah menjitakku segala babo! Aku melihatnya nona Shin.. kau sedang mengobrol dibelakang aula dengan seorang namja, bahkan sesekali terlihat tertawa bersama, kau bukan tipe orang yang mudah bergaul dengan namja bukan? Jadi kupikir kalian.. lagi pula dia namja yang tampan menurutku.” Balas Raehee dan dibalas dengan pandangan membunuh Heechul.

“Baiklah.. tapi tidak setampan Kim Heechul. Puas?” Tambah Raehee kemudian sambil membalas tatapan Heechul.

“Nuguya Hye?? Kau benar-benar punya namjachingu?” sahut Hyunjin dengan wajah penasaran.

“Apa dia lebih tampan dariku? Mana mungkin hahaha..” sahut Yesung yang dibalas Hyebin dengan tatapan ngeri.

“Dia bukan pacarku arra! Dia teman sekelompokku.. teman kalian juga.” Balas Hyebin datar.

“Teman kami juga? Maksudmu?” sahut Yesung kemudian.

“Kalian tahu Choi Siwon kan? Mahasiswa yang baru pindah kemari satu minggu yang lalu? Kebetulan aku sekelompok dengannya, sebenarnya bukan kebetulan karena namja itu yang memintaku untuk sekelompok dengannya. Kurasa dia namja yang pintar jadi tidak buruk juga untuk menjadi teman sekelompoknya.” Sahut Hyebin menjelaskan dan kemudian melanjutkan makannya yang sempat tertunda karena pernyataan Raehee.

“Lalu apa yang kalian lakukan tadi?” tanya Raehee merasa tidak puas dengan bantahan Hyebin.

“Lakukan apa? Eobseo.. dia hanya meminta nomor ponselku agar mudah menghubungiku.. itu saja.”

Mendengar pernyataan Hyebin keempat temannya itu saling berpandangan dan tersenyum aneh.

“Apa dia terlihat seperti tertarik padamu Hye? Misalnya dia memperhatikanmu diam-diam?” sahut Hyunjin kemudian.

Hyebin menatap Hyunjin dengan pandangan bosan. Ingin sekali dia mengatakan ‘Bisakah kalian berhenti menanyakan hal-hal tidak penting seperti itu?’ Hyebin benar-benar masih tidak ingin terlibat dengan namja manapun saat ini. Terlebih namja bernama Choi Siwon itu. Entah kenapa setiap melihat namja bernama Choi Siwon itu dia merasakan perasaan sesak yang sama sekali membuatnya tidak nyaman. Dan itu benar-benar ingin dihindarinya. Sekelompok dengannya juga mungkin akan menjadi penyesalan tersendiri untuk Hyebin.

“Aku sudah selesai makan. Na kkalkae.. kalian teruskan saja.” Sahut Hyebin kemudian, lalu berjalan meninggalkan mereka berempat.

“Aish!! Dia itu selalu saja menghindar kalau sudah menyangkut namja. Dia alergi namja atau apa sih?” gerutu Raehee kemudian.

“Jamkkanman! Bukankah namja yang mengikuti Hyebin itu Choi Siwon? Sepertinya akan ada pasangan baru sebentar lagi.” Sahut Yesung yang dibalas seringaian aneh dari tiga makhluk di depannya.

-oOo-

“Hyebin-ah.. jamkkanmanyo.” Sahut seorang namja di belakang Hyebin dan sukses membuat Hyebin menoleh ke arahnya.

Namja itu.. Choi Siwon. Namja yang dikabarkan Raehee –sahabatnya- itu sebagai namjachingunya.

“Wae? Bukankah kita tidak seakrab itu?” sahut Hyebin datar.

“Eh? Mian apa aku harus menggunakan embel-embel –ssi untuk memanggilmu?” tanya Siwon sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Aaa.. aniya. Mian kurasa aku yang tidak sopan, kau boleh memanggilku dengan panggilan yang kau suka. Hanya saja tadi aku masih terbawa kesal dengan pernyataan sahabatku jadi tidak sengaja bersikap seperti itu padamu.” Sahut Hyebin melembut.

“Wae?”

“Mereka menggosipkan kita. Ada-ada saja.. mana mungkin kan.” Sahut Hyebin sambil terkekeh pelan.

“Ha? Menggosipkan?” sahut Siwon kemudian.

“Eoh.. hajiman jangan khawatir mereka bukan tipe yang suka menceritakan hal-hal seperti itu pada publik. Jadi tidak usah takut digosipkan denganku Siwon-ssi.” Jawab Hyebin kemudian.

“Aniya.. aku tidak masalah digosipkan denganmu. Nan joa..” sahut Siwon sambil tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya yang –mungkin- membuat hati Hyebin bergetar.

“Ya!! Jangan berkata seperti itu! Aku bisa salah paham.” Sahut Hyebin sambil bergegas pergi meninggalkan Siwon yang menatap punggungnya dengan senyum penuh arti.

“Babo!! Mana mungkin aku berbicara seenaknya. Semuanya ada maksudnya Hyebin-ah.. hanya saja sepertinya sulit membuatmu mengerti.” Gumam Siwon kemudian.

-oOo-

Daemoon Apartement 15th Floor. February 3rd 2012. Gangnam-Seoul. Rainy day.

Hyebin menatap sosok seorang namja di depan pintu apartementnya dengan mata membulat. Namja itu Choi Siwon.. namja yang kini tengah tersenyum renyah dengan penampilannya yang basah kuyup. Namja yang selalu membuat Hyebin merasa aneh saat berada di dekatnya. Mungkinkah Hyebin merasakan sesuatu yang Raehee dan Hyunjin sebut sebagai cinta? Secepat itukah? Apakah sosok Raewon sudah benar-benar menghilang dari hatinya?

Jujur saja.. setelah kejadian di cafétaria itu Hyunjin dan Raehee mendekati Siwon dan mencari tahu perasaan Siwon terhadap Hyebin. Dan sebuah kejutan besar akan menyambut Hyebin jika dai mengetahui itu semua. ‘Kurang kerjaan!’ Itulah mungkin yang akan dikatakan Hyebin saat mengetahui kedua sahabatnya melakukan hal-hal yang tidak perlu untuknya.

“Wae geurae?? Bagaimana bisa kau kesini?” sahut Hyebin tanpa mempersilahkan Siwon masuk terlebih dahulu.

“Ahh.. aku memikirkan kata-kata sahabatmu beberapa hari yang lalu. Mungkin memang terlalu cepat, tapi bukankah ini bisa membantumu memulai masa depan?” jawab Siwon sambil mengeratkan tubuhnya. Sepertinya namja jangkung itu mulai merasakan kedinginan.

“Ne? Masa depan? Apa maksudmu? Ahh.. aku lupa. Masuklah dulu..”

Siwon mengangguk dan masuk ke dalam apartement Hyebin tanpa menjawab pertanyaan Hyebin sebelumnya. Meninggalkan tetes-tetes air di depan pintu dan membuatnya lebih terlihat seperti genangan.

“Gunakan ini.. kurasa bisa membuatmu sedikit kering.” Sahut Hyebin sambil menyerahkan sebuah handuk putih bersih ke arah Siwon.

Siwon melangkah menuju kamar mandi yang sebelumnya telah ditunjukan oleh Hyebin. Dia membawa pakaian jersey Hyebin –yang juga- dipinjamkan Hyebin untuknya. Sementara Hyebin berjalan ke arah dapur untuk membuatkan teh hangat untuknya. Setidaknya itu akan membantu membuat tubuh namja bernama Siwon itu hangat setelah mendapat guyuran hujan sederas ini.

Tak lama kemudian Siwon keluar dari kamar mandi dengan penampilannya yang err… lucu sekali. Pakaian yang dipinjamkan Hyebin benar-benar mambuatnya terlihat lucu. Jersey itu benar-benar sempit ditubuh Siwon. Hyebin menatap penampilan Siwon dengan wajah aneh.

“Jangan menatapku seperti itu Hyebin-ah.” Sahut Siwon sambil duduk di sebelah Hyebin.

Hyebin tak mempedulikan ucapan Siwon dan memberikan segelas teh hangat lalu dia duduk di depan Siwon. Berusaha menjaga jarak dengan namja itu.

“Wae? Kau belum menjelaskan kenapa kau kesini eoh?”

Siwon menyesap minumannya lalu kemudian menatap Hyebin intens. “Jadilah yeojachinguku.” Sahut Siwon tegas.

“Mwo?” Hyebin membulatkan matanya sampai batas maksimal.

“Aku menyukaimu sejak awal. Aku bukannya tidak sengaja mengajakmu untuk sekelompok denganku.” Jawab Siwon kemudian.

Hening..

Hyebin hanya diam menanggapi pernyataan Siwon. Dia tahu Siwon namja yang baik, hajiman.. dia tidak merasakannya. Merasakan debaran yang seharusnya dia rasakan saat namja yang selalu membuatnya merasa aneh itu menyatakan cintanya. Tapi… untuk saat ini.. eobseo..

Siwon masih menatap Hyebin intens sementara Hyebin mengalihkan pandangannya keluar jendela. Menatap rinai hujan yang berlomba menuruni jendela apartementnya. Bukankah ini saat yang bagus untuk memulai sesuatu yang baru? Penolakan lagi hingga dia harus menyesal pada akhirnya atau menerima sementara dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya? Apa jantungnya telah rusak hingga debaran itu tidak muncul atau.. entahlah..

“Eotte?? Apa kau mau?” sahut Siwon membuyarkan keheningan yang tercipta diantara mereka.

“Disaat seperti ini harusnya aku jawab apa?” tanya Hyebin dan sukses membuat Siwon mengernyit tak mengerti.

“Maksudmu?”

“Mollayo.. kau namja yang baik aku tahu itu. Hajiman..”

“Maksudmu kau menolakku??”

Hyebin menatap Siwon dengan pandangan yang sulit diartikan, sebenarnya dia sendiri merasa itu bukanlah jawaban yang tepat. Apa penolakan itu akan kembali mengubah namja itu pada akhirnya?

“Arraseo.. kurasa aku tak perlu bertanya lagi. Jangan khawatir kita masih bisa menjadi teman bukan?” sahut Siwon pada akhirnya.

“Apa kau tak keberatan jika aku pulang setelah menunggu pakaianku kering?” tambah Siwon sambil tersenyum, senyuman pahit.

-oOo-

April 7, 2012. Seoul University. 11.56 am KST. Art Class 3rd Floor.

“Menjelang ulang tahun yang ke-100 universitas kita, kali ini kelas kita akan melakukan pameran seni. Diharapkan seluruh mahasiswa kelas seni memberikan hasil lukisan terbaik mereka untuk dipamerkan. Berhubung tanggal 17 nanti kita akan melakukan perjalanan wisata, manfaatkan hari itu untuk melukis keindahan Jinan dimusim semi. Ada pertanyaan?” Professor Kang menutup kelas hari ini dengan sebuah pengumuman yang sukses membuat kelas jadi riuh.

“Professor.. jadi kita harus membuat tugas ditengah liburan kita?” sahut seorang namja bertubuh tambun yang duduk di kursi paling belakang.

“Ne.. harus Shin Dong Hee. Jika tidak kau tidak akan lulus dalam kelasku.” Jawab Professor Kang kemudian.

Jawaban itu kembali membuat seisi kelas menjadi riuh. Namun hal itu tidak membuat Hyebin tertarik. Dia lebih tertarik pada senyuman namja yang duduk berselang dua buah kursi dari tempatnya. Beberapa kali dia menggelengkan kepalanya dan menghembuskan napas dalam. Apa kali ini dia terjebak? Kembali jatuh pada lubang yang sama?

“Baiklah jika tidak ada pertanyaan lagi. Kelas hari ini cukup sampai disini.”

Seluruh mahasiswa berhamburan menuju pintu keluar begitupun namja –sipemilik senyum- yang menjadi perhatian Hyebin beberapa hari ini. Tapi tidak bagi Hyebin, dia lebih memilih untuk tetap duduk ditempatnya. Memandang ke luar jendela.. kembali bergelung dengan pikirannya yang benar-benar membuatnya merasa tercekik.

-oOo-

Siwon menyandarkan tubuhnya di balik jendela setelah beberapa saat dia menatap Hyebin yang tak kunjung keluar dari dalam kelasnya. Sesekali dia tersenyum mengingat tingkah Hyebin saat mata kuliah Professor Kang barusan. Dia tahu yeoja itu tak melepaskan pandangan darinya hingga Professor Kang membubarkan kelas.

“Siwon-ah.. apa kau sudah punya rencana akan melukis apa?” sahut sebuah suara yang sukses membuat Siwon kembali pada kesadarannya.

“Aniya.. aku belum dapat ide. Waeyo Minje-ya?”

“Ani.. maukah kau melukis bersamaku?”

Fokus Siwon beralih saat pintu kelas terbuka dan Hyebin keluar dari sana dengan ekspresi terkejut. Terkejut? Mungkinkah dia terkejut melihat Siwon dekat dengan seorang yeoja? Apakah pemandangan itu berpengaruh baginya?

“Aaa… boleh saja.” Sahut Siwon sambil tersenyum namun matanya tetap berfokus pada langkah Hyebin yang mulai menjauh dari tempat itu.

-oOo-

Hyebin menyeret langkahnya dengan sedikit berat. Entah kenapa muncul perasaan tidak senang saat melihat Siwon mengobrol akrab dengan yeoja yang tidak lain adalah teman sekelasnya sendiri.

“Hyebin kau sudah gila.. jangan mulai lagi.” Gumamnya kemudian lalu duduk di depan kelas yang terletak tak jauh dari kelasnya. Kelas yang sedang Raehee ikuti saat ini.

Walau ingin pergi dari tempat itu, entah kenapa hatinya tidak mengijinkannya. Yeoja itu.. tidak rela..

To: Choi Rae Hee

Apa kelasmu masih lama? Aku pulang denganmu ya?

send

From: Choi Rae Hee

Mian Hyebin-ah.. Heechul mengajakku kencan sepulang kuliah ^^v
Kau tidak dengan Hyunjin?

Hyebin berdecak saat menerima balasan dari Raehee.. rasanya dia membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ceritanya. Hajiman.. tidak ada seorangpun disana. Bahkan Hyunjin sudah mengatakan lebih awal bahwa hari ini dia akan pulang bersama Yesung. Hyebin menoleh ke arah kelasnya tadi, dan tepat! Disana masih ada Siwon dengan yeoja itu. Merasa tidak ingin merasakan hal aneh itu lebih jauh.. Hyebin memutuskan meninggalkan tepat itu dan berjalan pulang.

“Kau tidak apa-apa Shin Hye Bin. Kau tidak berbalik menyukai Choi Siwon. Itu pasti.”

-oOo-

April 17, 2012. Seoul University. Basement. 07.25 am KST.

Hyebin menyeret kopernya dengan langkah santai. Hari ini kelasnya melakukan perjalanan wisata ke Jinan. Perjalanan liburan sekaligus tugas melukisnya untuk pameran bulan mei mendatang, tepat dihari ulang tahun ke-100 universitasnya. Dia berhenti saat mendapati sosok Siwon berdiri dihadapannya dengan senyum cerah.

“Pagi Hyebin-ah!” sapanya kemudian dan hanya dibalas senyuman hambar dari Hyebin.

“Sepertinya barang bawaanmu berat, biar aku yang membawanya.” Sahutnya dan langsung menyambar koper Hyebin tanpa mengantongi ijin dari pemiliknya.

Hyebin tidak menolak dan mengikuti langkah Siwon dari belakang. Perasaannya berkecamuk antara senang dan entahlah..

“Ya!! Kenapa berjalan selambat itu? Kau ingin ketinggalan bis eoh??” seru Siwon saat menyadari Hyebin berjalan jauh dibelakangnya.

-oOo-

Skip time. Jinan. 10.45 am KST.

Sesaat setelah perjalanan berakhir seluruh mahasiswa berhamburan mencari lokasi yang tepat untuk melukis. Hyebin mulai membenahi peralatannya dan kemudian mulai meninggalkan kawanannya menuju ke arah sebuah sungai yang sempat dikatakan Hyunjin berada di Jinan. Sungai itu tidak terlalu jauh dan hanya membutuhkan waktu sepuluh menit dari resort yang ditinggali Hyebin bersama teman-teman sekelasnya. Siwon mengikuti Hyebin dari belakang tanpa berniat membuat Hyebin menyadari keberadaannya. Dia tahu suasana diantara mereka akan jadi tidak nyaman jika mereka bersama-sama.

“Hmm.. udaranya segar. Sepertinya tempat ini cocok untuk melukis.” Sahut Hyebin dan mulai memasangkan kanvasnya diatas tiang penyangga.

Hyebin mengeratkan syal yang melilit dilehernya agar tidak tertiup angin yang cukup kencang, namun baru saja dia akan melakukannya angin sudah terlebih dahulu menerbangkannya dan membuatnya tersangkut di ranting pohon yang berada di tepi sungai. Siwon memperhatikannya sementara Hyebin berusaha meraih syal itu dan alhasil dia malah kehilangan keseimbangannya lalu terpeleset hingga membuatnya jatuh ke dalam sungai.

BYURRRRR!!

Dengan sigap Siwon berlari dan menceburkan dirinya ke dalam sungai itu. Dia menarik Hyebin dan membawanya ke tepi sungai hingga akhirnya berhasil menyentuh daratan. Hyebin terlihat begitu shock bahkan dia tidak mampu mengatakan sepatah katapun.

“Shin Hye Bin!! Apa kau babo?? Bagaimana jika aku tidak ada disini dan kau tenggelam?”

Hyebin mengangkat wajahnya dan menangkap wajah Siwon tepat dalam kedua bola matanya. “Ya!! Kenapa malah membentakku ha??” sahut Hyebin dengan tubuh menggigil.

Siwon menatapnya dengan ekspresi yang sulit di artikan. Lalu sejurus kemudian memeluk Hyebin dengan erat.

“Mianhae.. aku benar-benar mencemaskanmu. Tidak tahukah kau kalau perasaanku padamu belum pernah padam? Jadi wajar saja jika aku bersikap seperti ini. Mianhae..” lirih Siwon kemudian.

Deg!!

Hyebin membeku dalam pelukan Siwon, dia merasakan sesuatu bergetar dalam hatinya. Mungkinkah kali ini cinta?

-oOo-

Sanmyeong Resort. Room nomor 12. Jinan. 10.34 pm KST.

“Tidak tahukah kau kalau perasaanku padamu belum pernah padam?” kata-kata itu terulang ribuan kali dalam otak Hyebin seperti kilasan sebuah film.

Hyebin mengubah posisinya lalu duduk menyandar pada headbed yang ditempatinya. Kali ini dia benar-benar merasa sesak. Kejadian tadi siang di sungai membuatnya sakit kepala. Entah kenapa selalu ada perasaan asing yang muncul setiap dia memikirkan kejadian itu.. dan yang pasti perasaan itu telah sukses membuatnya tidak bisa memejamkan matanya.

Hyebin menghela napas panjang.. berusaha mengusir perasaan aneh itu dalam hatinya. Namun nihil.. perasaan itu justru semakin menggebu-gebu hingga membuatnya susah bernapas.

“Hyebin.. ada apa denganmu sebenarnya? Apa kau mencintai namja itu?” gumamnya dengan suara bergetar.

Hyebin menatap keluar jendela.. malam ini cuaca cukup cerah. Dia berjalan menuju pintu kamar dan meraih mantel yang tergeletak begitu saja di atas sofa dalam kamarnya.

“Sepertinya aku butuh udara segar..” sahut Hyebin dan berjalan pergi meninggalkan kamarnya.

-oOo-

Hyebin berjalan menuju bangku panjang yang berada di depan sebuah kolam air mancur. Riakan air kolam itu membuat pikiran Hyebin yang kacau perlahan menjernih seperti sebuah sihir.

“Payah.. lagi-lagi aku terlambat menyadari perasaanku. Choi Siwon.. sepertinya aku benar-benar menyukaimu saat ini. Eotteokhae??” sahut Hyebin lirih.

Hyebin meraih ponsel dalam saku mantelnya. Jemari tangannya lincah mengetikkan beberapa digit angka yang sudah dihapalnya diluar kepala. Dial..

“Yeoboseyo..” sapa Hyebin setelah panggilannya tersambung dengan seseorang.

“Ya!! Ini jam berapa? Kenapa menelponku eoh??” sebuah teriakan melengking seorang yeoja sukses membuat Hyebin menjauhkan telinganya dari ponselnya.

“Hyunjin!! Bisakah kau tidak berteriak padaku? Aku ingin bercerita padamu..” jawab Hyebin tak kalah melengking.

“Arra.. arraa… wae??”

“Aku bodoh..” gumam Hyebin pelan.

“Kau baru tahu itu?”

“Ya!”

“Aish.. kau menelponku hanya untuk itu? Kau membuat mimpiku rusak babo!!”

“….”

“Hyebin-ah.. aku tutup kalau kau..”

“Jamkkanman..”

“…..”

“Hyunjin-ah.. eotteokhae? Sepertinya keadaan berbalik.. aku suka pada Siwon.” sahut Hyebin sekuat tenaga lalu menghembuskan napasnya dalam.

“Jeongmal??” sahut sebuah suara dibelakang Hyebin.. suara yang Hyebin yakini bukanlah milik Hyunjin –sahabatnya- itu.

Hyebin dengan cepat memutuskan hubungan telponnya setelah menyadari siapa orang pemilik suara itu. Choi Siwon.. namja itu kini tengah duduk disebelahnya tanpa Hyebin ketahui sejak kapan dia berada disana.

“N-nneo? Sejak kapan?” sahut Hyebin terbata.

“Aku mengikutimu keluar.” Jawab Siwon sambil tersenyum lalu kembali menatap wajah pucat Hyebin.

“A-aaku..” gumam Hyebin sambil menunduk.

“Aku sudah dengar semuanya.. gomawo.” Sahut Siwon sambil merengkuh wajah Hyebin yang sempat tertunduk.

Hyebin mengangkat wajahnya dengan perasaan berkecamuk. Dia menatap Siwon dengan kedua mata coklatnya. “Jadi tidak perlu kukatakan lagi kan? Eotte? Apa aku terlambat lagi?”

Siwon memicingkan matanya, tidak puas dengan pernyataan Hyebin. “Aku ingin mendengarnya secara langsung.”

“Kalau begitu anggap aku tak pernah mengatakannya..” sahut Hyebin sambil menjulurkan lidahnya. Perasaan kaku yang sempat menyelimuti atmosfir diantara mereka menghilang dengan cepat seperti sebuah ilusi.

Hyebin terkekeh pelan lalu bangkit dari posisinya dan berjalan memunggungi Siwon. Yeoja itu pergi dengan perasaan ringan, seolah semua oksigen kembali masuk ke dalam paru-parunya dengan leluasa.

“Hyebin-ah.. mana boleh begitu!” seru Siwon sambil menarik lengan Hyebin hingga yeoja itu berbalik ke arahnya.

Siwon menatap manik mata Hyebin lekat, membuatnya terperangkap di dalamnya. “Saranghae.. nae yeoja deojullaeyo??”

Hyebin mengangguk mantap. “Na do saranghae.. mian terlambat menyadarinya.” jawab Hyebin sambil tersenyum.

Siwon menariknya lebih dekat, berusaha menghapus jarak diantara keduanya. Perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Hyebin yang mulai memejamkan matanya. Menikmati deruan napas masing-masing hingga bibir mereka bersentuhan dan melumatnya pelan. Hyebin sadar sekarang.. This Is Love..

—THE END—
Cre : HyeWon~
Reshare : Ly.bum^